Oktober 25, 2022

Apa Itu Uji Benedict? Prosedur dan Pembuatannya

uji benedict

Proses pengujian yang digunakan untuk memperlihatkan adanya monosakarida dan gula pereduksi adalah dengan uji benedict. Sesuai dengan namanya proses ini pertama kali ditemukan oleh seorang ahli kimia yang berasal dari Amerika Serikat, Stanley Rossiter Benedict. Hal yang perlu diketahui dalam proses ini, semua jenis monosakarida akan memperlihatkan hasil positif lewat uji ini.

Tembaga sulfat yang terdapat dalam reagen benedict akan bereaksi dengan monosakarida dan gula pereduksi membentuk endapan berwarna merah mata. Monosakarida dan gula pereduksi bisa bereaksi dengan reagen benedict karena keduanya mengandung aldehid maupun keton bebas, hasil positif ditunjukkan dengan perubahan warna larutan hijau, kuning, orange atau merah bata.

Untuk membuktikan uji benedict ini, Sampoerna Academy Sentul, Matthew Gracio Kosmas mengerjakan Proyek Honey Experiment. Proyek ini menggunakan enam merek madu berbeda guna menentukan madu mana yang mengandung gula pereduksi dan mana yang mengandung gula non pereduksi.

Fungsi Uji Benedict dan Prosedurnya untuk Mengetahui Kandungan Gula

uji benedict

Seperti yang diketahui bahwa semua jenis monosakarida memperlihatkan hasil positif dengan uji benedict, termasuk disakarida pereduksi seperti maltosa dan laktosa yang memperlihatkan hasil positif. Disakarida non pereduksi seperti sukrosa dan jenis-jenis polisakarida tidak bereaksi positif dengan uji ini.

Uji benedict adalah salah satu uji kimia yang digunakan untuk mengetahui adanya kandungan gula atau karbohidrat pereduksi. Jenis gula yang termasuk pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa jenis disakarida, termasuk salah satunya seperti laktosa dan maltosa. Larutan benedict mengandung ion-ion tembaga (II) yang kompleks di dalam sebuah larutan basa.

Larutan reaksi uji benedict juga kompleks dengan ion-ion sitrat dalam larutan karbonat, tembaga sulfat dalam reagen benedict akan bereaksi dengan monosakarida dan disakarida. Yang kemudian akan membentuk endapan berwarna merah mata, sementara monosakarida dan disakarida bisa bereaksi dengan reagen benedict karena keduanya mengandung aldehid dan keton bebas.

Adanya hasil positif diperlihatkan dari kemunculan perubahan warna yang terjadi pada larutan menjadi warna hijau, kuning, oranye dan merah bata. Selain itu diketahui juga bahwa hasil positif bisa dapat dilihat dari munculnya endapan dengan beberapa warna, yakni hijau, kuning dan merah bata atau oranye.

Baca juga: Pengertian Fotosintesis, Proses, Jenis, & Manfaatnya

Monosakarida dan Disakarida

Monosakarida adalah jenis karbohidrat yang tidak bisa dihidrolisis menjadi senyawa yang lebih sederhana lagi. Selain itu monosakarida juga hanya terdiri dari satu gugus contoh, contoh dari monosakarida yakni berupa glukosa, fruktosa dan galaktosa. Sementara itu disakarida merupakan senyawa yang terbentuk dari gabungan dua molekul.

Dua molekul atau lebih monosakarida dan contohnya bisa seperti sukrosa, maltosa dan laktosa. Proses penggabungan dua molekul ini disebut dengan reaksi dehidrasi atau reaksi kondensasi, yang berarti disakarida merupakan karbohidrat yang terdiri dari dua molekul gula sederhana. Misalnya seperti senyawa disakarida sukrosa yang terbentuk dari dua senyawa monosakarida.

Uji Benedict Pada Makanan

uji benedict

Dalam mengetahui adanya kandungan monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan, sehingga sampel makanan dilarutkan ke dalam air dan ditambahkan beberapa tetes pereaksi pereduksi benedict. Larutan yang ada kemudian dipanaskan dalam waterbath selama 4 hingga 10 menit.

Selama proses pemanasan, larutan akan berubah warna menjadi biru atau berarti menunjukkan tidak ada glukosa, selain itu berubah hijau, merah, kuning, oranye hingga merat bata atau memiliki kandungan glukosa tinggi. Sementara sukrosa atau gula pasir tidak bisa bereaksi oleh pereaksi benedict, karena sukrosa mengandung dua monosakarida (fruktosa dan glukosa).

Dua monosakarida (fruktosa dan glukosa) itu terikat lewat ikatan glikosidic,sehingga tidak adanya kandungan gugus aldehid bebas atau juga keton bebas. Selain itu sukrosa juga diketahui tidak memiliki sifat sebagai pereduksi.

Uji Benedict pada Penyakit Diabetes

Selain untuk melakukan uji pada kandungan gula pereduksi pada makanan, benedict untuk menguji kandungan glukosa pada urine. Diketahui bahwa urine yang terbukti mengandung glukosa bisa menjadi tanda sebagai adanya penyakit diabetes. Meskipun di dalam tes urine diketahui adanya gula pereduksi, tetap harus dilakukan tes.

Tes benedict ini dilakukan lebih jauh guna memastikan jenis gula pereduksi dalam urine tersebut, hanya glukosa dalam urine yang bisa menjadi indikasi seseorang terkena diabetes. Urine yang dipakai dalam uji coba benedict berlangsung selama 24 jam, saat bangun tidur urine pertama dibuang kemudian urine kedua pada keesokan harinya dipakai untuk uji benedict.

Penjelasan Terkait Pembuatan Reagen Benedict

Pertama-tama harus disadari jika uji benedict dapat dipakai untuk melakukan deteksi terhadap gula dalam urine. Jika urine diuji menggunakan uji benedict memperlihatkan hasil positif, bisa menjadi pertanda adanya kelainan yang biasa dinamakan dengan diabetes melitus. Urine yang dipakai dalam uji benedict harus yang sudah 24 jam, sesuai penjelasan di atas.

Namun langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat reagen benedict, langkah yang harus dilakukan mulai dari melarutkan trinatrium sitrat dan natrium karbonat di dalam labu takar 1000 ml, yang sudah berisi dengan aquades sebanyak 800 ml. Setelah itu tambahkan larutan tembaga (II) sulfat secara perlahan dalam larutan pertama tadi kemudian dicampur agar homogen.

Setelahnya, tambahkan aquades hingga batas volume mencapai 1000 ml, proses pembuatan larutan reagen benedict juga bisa menggunakan cara lain. Siapkan terlebih dahulu beberapa bahan dalam larutan A, di antaranya Na, sitrat 86,5 g, Na2Co3 50 g, akuades 400 ml. Larutkan Na. Sitrat dan Na2CO3 ke dalam air, dibantu dengan pemanasan dan hasilnya disaring dengan kertas saring.

Kemudian diencerkan menggunakan aquades hingga volume menjadi 425ml, sementara larutan B menggunakan CuSO4, 5H20 8,65 g, aquades 50 ml. Larutkan CuSO4. 5H20 ke dalam akuades hingga larut dengan sempurna. Tuangkan larutan B ke dalam larutan A, aduk pelan-pelan dan tambahkan aquades hingga volume menjadi 500 ML.

Hasil Project Students SA – G9 MATTHEW GRACIO KOSMAS – HONEY EXPERIMENT

uji benedict

Proyek Honey Experiment dikerjakan oleh Matthew Gracio Kosmas, siswa Grade 9 Sampoerna Academy Sentul. Tujuan yang ingin dicapai Matthew adalah menguji enam merek madu berbeda guna menentukan madu mana yang mengandung gula pereduksi dan mana yang mengandung gula non pereduksi dengan menggunakan metode benedict test pada madu.

uji benedictBeberapa bahan yang diperlukan seperti gelas kimia 250ml, 5 tabung reaksi, tabung reaksi, pemanas, 100 ml larutan benedict, jarum suntik 15 ml. Dan langkah yang harus dilakukan di antaranya, sebanyak 5 ml sampel ditempatkan ke dalam tabung reaksi yang bersih, lalu 5ml reagen benedict ditambahkan ke tabung reaksi.

Larutan kemudian dipanaskan dalam penangas air mendidih selama 3-5 menit, amati perubahan warna dalam larutan tabung reaksi atau pembentukan endapan dan tabel hasil dan simpulkan profil madu berdasarkan itu. Hasilnya adalah mulai dari  Madu TJ, kebanyakan madu dicampur dengan larutan benedict, hijau tua-biru

uji benedictKemudian Ak khifa, larutan madu dan benedict tidak tercampur dengan baik, oranye-hijau muda, lalu Madurasa, madu dan larutan benedict dicampur dengan baik membentuk 3 lapisan, hijau tua muda dan Madu semanggi, dicampur dengan baik dan madu adalah yang paling cerah, oranye muda serta terakhir Manuka, dibentuk 3 lapisan tidak benar-benar tercampur, oranye muda-hijau.

Proyek eksperimen madu yang dikerjakan Matthew Gracio Kosmas ini termasuk dalam Project Based Learning (PBL) sistem pembelajaran STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts and Math) Sampoerna Academy. Sebuah pendekatan instruksional konstruktivis di mana siswa yakni Matthew terlibat langsung dalam penyelesaian masalah sesuai dengan minat pribadinya.

Keahlian STEAM dan PBL Sampoerna Academy diterapkan dari tingkat dasar dan seterusnya, siswa akan belajar dan menganalisis masalah dengan menggunakan perangkat teknologi serta strategi pembelajaran kolaboratif. Keahlian STEAM sangat penting guna mempersiapkan alumni Sampoerna Academy untuk karier mereka di masa depan.

Sampoerna Academy mempersiapkan alumni di masa depan sesuai dengan keperluan tenaga kerja nasional dan global yang membutuhkan persyaratan keterampilan tinggi. Segera bergabung dengan Sampoerna Academy, untuk info lebih mengenai pendaftaran bisa dicek langsung menggunakan tautan yang tersedia di akhir artikel ini.

Untuk informasi lebih lanjut terkait pendaftaran, kurikulum, kunjungan, dan informasi seputar Sampoerna Academy silakan mengisi data di bawah ini.

[formidable id=7]

Referensi

Edubio