Juni 20, 2022

Kerajaan Mataram Kuno, Sejarah Hingga Tokoh Berpengaruh

candi borobudur dan sejarah kerajaan mataram

Termasuk ke dalam bagian sejarah munculnya agama Hindu-Budha di Indonesia, kerajaan Mataram kuno memiliki cerita tersendiri sarat akan sejarah. Menurut sejarah, munculnya kerajaan ini berasal dari bangsa Arya yang pada saat itu menjadi pengembara dari Asia Tengah hingga masuk ke India di sekitar tahun 1.500 sebelum masehi.

Bangsa Arya kemudian mengembangkan kepercayaan dan sistem dalam masyarakat hingga memunculkan Hinduisme yang berkembang di sekitar abad ke-5 sebelum masehi munculah Buddha yang dibawa seorang tokoh yang dikenal dunia, Siddharta Gautama. Salah satu ajaran agama yang membawa pengendalian dan pencapaian nirwana.

Awal Berdirinya Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan ini berdiri di bumi Mataram yang terletak di dekat Yogyakarta sejak abad ke-8 hingga menuju ke-11. Kerajaan ini sering berpindah, sehingga berpengaruh juga pada nama kerajaan ketika berdiri di Mataram sempat diberi nama Medang I Bhumi Mataram. Total kerajaan ini berpindah-pindah sebanyak tujuh kali hingga sampai ke Jawa Timur di abad ke-10.

Saat itu dikenal dengan nama Kerajaan Medang, saat itu pendiri kerajaan ini bernama Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya dengan periode berkuasa pada 732-760 masehi. Menariknya selama berdiri, kerajaan Mataram diperintah oleh dua dinasti yakni dinasti Sanjaya dengan mayoritas beragama Hindu dan dinasti Syailendra dengan agama Buddha.

Tak seperti pada kerajaan pada umumnya, Mataram saat masih bernama Medang dipimpin kedua dinasti yang justru sibuk mencari kekuasaan. Hanya sebentar keduanya memerintah bersama, pemerintahan Sanjaya juga memiliki beberapa pemimpin selain Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya, di antaranya seperti Sri Maharaja Rakai Panangkaran, Sri Maharaja Rakai Pikatan.

Dan terakhir adalah Sri Maharaja Watukura Dyah Balitung, sementara pada dinasti Syailendra pemimpin pertama adalah Bhanu yang kemudian berlanjut ke Raja Wisnu hingga membuat dinasti Sanjaya tunduk kepadanya. Bahkan Samaratungga yang merupakan raja terbesar dan terakhir Syailendra juga patuh kepadanya, begitulah bagaimana proses berdirinya kerajaan mataram.

Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

  • Abad ke-9

Dua wangsa bersatu dari perkawinan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya yang merupakan anak dari Samaratungga bernama Pramodawardhani. Meskipun rencana pernikahan itu mendapat pertentangan karena tak disetujui Balaputra Dewa selaku adik dari Pramodawardhani setelah ia merasa terancam oleh keberadaan Rakai Pikatan.

Balaputra kemudian merebut kekuasaan, namun usahanya itu gagal meski pada akhirnya ia kembali menjadi raja Sriwijaya usai pulang kampung. Rakai pikatan yang sukses memenangi peperangan kemudian mendirikan Candi Loro Jonggrang dan kini dikenal dengan nama Candi Prambanan yang berada di Sleman.

  • Abad ke-10

Di abad ini pemerintahan Mataram Kuno berpindah ke Jawa Timur dan diprakarsai oleh Mpu Sindok yang memindahkan pusat pemerintahan sekaligus kerajaan ke area tersebut. Mpu Sindok merupakan raja pertama dan tokoh pendiri Dinasti Isana di Jawa Timur. Namun tidak diketahui secara pasti siapa pengganti Mpu Sindok setelah itu.

  • Abad ke-11

Kehancuran Dharmawangsa Teguh akibat dari serangan Kerajaan Sriwijaya setelah mengalami kegagalan bekerja sama dengan kerajaan Wurawari. Namun ada yang selamat dari serangan terhadap Dharmawangsa, yakni Airlangga hingga kemudian dinobatkan sebagai raja di 1.019 masehi serta mampu memperluas wilayah kekuasaan.

Silsilah Kerajaan Mataram Kuno

Menurut prasasti Canggal pada 732 masehi disebutkan bahwa pendiri kerajaan Mataram Kuno adalah Wangsa Sanjaya. Kemudian dalam prasasti Balitung disebutkan juga beberapa nama raja yang pernah memerintah kerajaan Mataram kuno. Berikut ini beberapa sosok yang pernah memerintah kerajaan Mataram kuno.

  • Sanjaya 
  • Rakai Panangkaran 
  • Panunggalan 
  • Rakai Watuk 
  • Garung 
  • Rakai Pikatan 
  • Kayuwangi 
  • Watuhumalang 
  • Balitong

Selain itu ditemukannya prasasti Ligor dan prasasti Klurak yang menyebutkan beberapa raja yang memerintah di kerajaan Mataram kuno. Di antaranya seperti Bhanu, Wisnu, Indra hingga Samaratungga. Jika dilihat dari aspek politik dan pemerintahan, kerajaan Mataram Kuno masuk dalam kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha.

Kehidupan Kerajaan Mataram Kuno

Meski banyak pihak berkuasa yang berambisi memiliki kekuasaan penuh di Mataram kuno, namun kehidupan kerajaan ini dikenal dengan toleransi beragama yang sangat kuat. Penganut Hindu dan Buddha sama-sama hidup rukun, hal ini terlihat dari banyaknya pembangunan candi-candi yang disebut sebagai peninggalan.

Berdirinya candi-candi Hindu dan Buddha itu tak lepas dari ajaran toleransi yang diajarkan oleh para pemimpin kerajaan tersebut. Dalam masanya, raja-raja Mataram kuno dan rakyat memiliki perbedaan agama, kondisi yang disebut sangat biasa serta hal yang lumrah. Hal itu mengajarkan masyarakat dan raja tidak harus memiliki agama yang sama.

Seperti salah satunya pernikahan antara Pramodhawardhani yang merupakan putri Rakai Garung alias Samaratungga dari dinasti Syailendra pemeluk agama Buddha. Dinikahkan dengan Rakai Pikatan dari Wangsa Sanjaya yang memeluk agama Hindu-Syiwa. Rakai Pikatan dan Maharatu Pramowardhani kemudian sama-sama memerintah Mataram Kuno periode 840-856 masehi.

Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno

Prambanan is hindu temple in yogyakarta, java, indonesia

Berdiri di Jawa Tengah membuat kerajaan Mataram Kuno memiliki peninggalan yang cukup banyak termasuk lewat prasasti dan candi. Candi memang sangat kental dengan Mataram, mengingat kerajaan ini memiliki masyarakat yang memeluk agama Hindu-Budha. Lantas apa saja peninggalan tersebut, berikut di antaranya.

Prasasti Kerajaan Mataram Kuno 

  • Prasasti Canggal 
  • Prasasti Kalasan 
  • Prasasti Mantyasih 
  • Prasasti Klurak 

Candi peninggalan Kerajaan Mataram Kuno 

  • Candi Bima Candi Arjuna 
  • Candi Kalasan 
  • Candi Plaosan 
  • Candi Prambanan 
  • Candi Sewu 
  • Candi Mendut 
  • Candi Pawon 
  • Candi Puntadewa 
  • Candi Semar 
  • Candi Srikandi 
  • Candi Borobudur

Sultan Agung yang menjadi raja Mataram era 1612-1645, sebutkan prestasi besar sultan agung selama memerintah kerajaan mataram. Berikut ini beberapa prestasi yang diraihnya, di antaranya seperti memperluas kekuasaan Jawa, Madura, Palembang sampai Banjarmasin. Sukses mengatur dan menguasai wilayah kekuasaan dari pusat dan mengembangkan kegiatan ekonomi agraris.

Sultan Agung sudah naik takhta sejak usianya di 20 tahun dan dikenal membawa kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan. Kerajaan mataram islam mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Agung pada 1627, setelah empat belas tahun ia memimpin sejak pertama kali didaulat sebagai raja.

Letak Kerajaan Mataram Kuno

Kerajaan Mataram kuno memiliki dua periode berdasar lokasi, hal ini berkaitan dengan ibu kota pemerintahannya. Diawali dari periode Kerajaan Medang yang berada di Jawa Tengah di bawah kepemimpinan Wangsa Sanjaya dan Syailendra medio 732-929 masehi. Kemudian berlanjut di Jawa Timur yang dipimpin Wangsa Isyana medio 929 -1016 masehi.

Pada 929 mahesi barulah Mataram Kuno berpindah ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok dan diketahui beberapa faktor sebagai pendorong perpindahan ini. Mulai dari faktor publik karena seringnya perebutan kekuasaan yang berimbas pada terancamnya wilayah kerajaan. Kemudian adanya bencana alam, dalam hal ini letusan gunung Merapi.

Ada pula potensi ancaman dari kerajaan lain termasuk kerajaan Sriwijaya dan faktor lain motif agama dan ekonomi. Keberadaan kerajaan Mataram yang jauh dari pelabuhan membuat Mpu Sindok terpaksa memindahkan lokasi kerasaan agar dapat bekerja sama dengan kerajaan lain. Hingga lokasi pusat kerajaan ini ada di Yogyakarta.

Baca juga: Kerajaan Singasari, Silsilah, Masa Jaya Hingga Peninggalan

Tokoh yang Berpengaruh

  • Jawa Tengah

    • Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya (732-760 M) 
    • Rakai Panangkaran (760-780 M) 
    • Rakai Panunggalan alias Dharanindra (780-800 M) 
    • Rakai Warak alias Samaragrawira (800-820 M) 
    • Rakai Garung alias Samaratungga (820-840 M) 
    • Rakai Pikatan dan Maharatu Pramodawardhani (840-856 M) 
    • Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala (856-882 M) 
    • Rakai Watuhumalang (882-899 M) 
    • Rakai Watukura Dyah Balitung (898-915 M) 
    • Mpu Daksa (915-919 M) 
    • Rakai Layang Dyah Tulodong (919-924 M) 
    • Rakai Sumba Dyah Wawa (924 M) 
  • Jawa Timur 

  • Rakai Hino Sri Isana alias Mpu Sindok (929-947 M) 
  • Sri Lokapala dan Ratu Sri Isanatunggawijaya (sejak 947 M) 
  • Makutawangsawardhana (hingga 985 M) 
  • Dharmawangsa Teguh (985-1007 M)

Kehidupan Masa Lalu di Kerajaan Mataram Kuno

Yang menarik di Mataram Kuno adalah kehidupan sosial karena tidak begitu menerapkan sistem kasta dan mobilitas sosial bisa terjadi begitu saja. Kehidupan ekonomi awalnya berasal dari bidang pertanian, karena didukung letak pusat pemerintahan yang strategis karena berada pedalaman dan didukung dengan pembangunan irigasi.

Hingga muncul sistem perdagangan di era pemerintahan Dyah Balitung, diperintahkan pendirian pusat-pusat perdagangan kegiatan ekonomi masyarakat dari pertanian. Kemudian di bidang kebudayaan, kerajaan Mataram kuno banyak menghasilkan candi dan prasasti hingga sampai saat ini dinilai sebagai peninggalan berharga nusantara.

Demikian penjelasan mengenai kerajaan Mataram kuno, mulai dari awal berdiri, sejarah, para raja hingga kebudayaan yang ada. Pembelajaran sejarah menjadi salah satu fokus Sampoerna Academy memberi ilmu pengetahuan mendalam bagi para siswa baik di tingkat dasar hingga perguruan tinggi secara lengkap.

Sampoerna Academy memberi fasilitas lengkap bagi para siswa tingkat dasar dan perguruan tinggi dalam pembelajaran di dalam kelas. Sampoerna Academy juga menerapkan kurikulum berstandar internasional, kurikulum yang membawa siswa tingkat dasar dan perguruan tinggi tak hanya belajar mengenai materi dan praktek di dalam kelas.

Referensi
Tirto.id