Maret 1, 2022

Mengapa Disaat Hujan Datang Perasaan Mengantuk dan Lapar?

hormon serotonin membuat kita disaat hujan menjadi mengantuk dan lapar

Perasaan melow sering kali melanda seseorang kala hujan turun, fenomena ini ternyata banyak dialami orang. Karena memang memiliki kaitan dengan banyak cuaca di sekitar dan berhubungan dengan hormon serta zat kimia yang mengendalikan semua proses dalam tubuh termasuk suasana hati alias mood, salah satunya hormon serotonin.

Cuaca sangat mempengaruhi perilaku dan cara berinteraksi orang dengan orang lain, namun pengaruh yang diberikan berbeda oleh setiap orang. Hal itu tergantung pada kondisi masing-masing, menurut penelitian sekitar sembilan persen orang tergolong dalam kelompok orang-orang yang membenci hujan menurut jurnal Science.

Baca juga: Pengertian dan Sejarah Tahun Kabisat

Mengapa disaat Hujan Merasakan Lapar, Mengantuk

Hujan membuat suhu lingkungan menjadi lebih dingin, karena air dari aliran air hujan membawa panas dari udara, rumah, jalanan dan kemudian menurunkan suhunya. Ditambah saat hujan kejadian yang sering terjadi adalah sinar matahari tidak ada karena tertutup awan. Sehingga yang terlihat hanyalah mendung dan bisa membuat area setempat gelap.

Berkurangnya paparan sinar matahari berdampak pada menurunnya produksi hormon serotonin, serotonin adalah hormon yang memunculkan rasa bahagia dalam tubuh manusia. Fungsi pendukung yang sangat esensial pada kerja otak, kondisi psikologis, kemampuan kognitif, sistem peredaran darah, sistem pencernaan hingga kesehatan tulang.

Kekurangan hormon serotonin membuat tubuh merespons dengan cara memberi rasa lapar, karena serotonin bisa didapat dari makanan yang utamanya memiliki kadar karbohidrat tinggi. Inilah yang menyebabkan orang gampang merasa lapar saat hujan tiba, selain itu terdapat dampak lain yang diakibatkan dari kekurangan hormon khususnya saat hujan.

Munculnya rasa kantuk didorong peningkatan kadar hormon melatonin, hormon ini dihasilkan oleh otak dan area mata serta memiliki fungsi hormon untuk mengatur siklus tidur. Semakin tinggi kadar melatonin, maka akan semakin besar pula keinginan seseorang untuk tiduran di kasur hingga secara tak langsung terlelap dengan sendirinya.

Hormon melatonin juga diperoleh dari sinar matahari, ketika sinar matahari tepat berada pada saraf mata, maka produksi hormon melatonin dalam tubuh akan menurun. Jika cuaca sedang mendung atau turun hujan, produksi melatonin malah meningkat dan jika tidak ada sinar matahari maka akan memicu intensitas hormon dalam tubuh sehingga mudah merasa malas bergerak.

Kebiasaan tidur larut malam juga mempengaruhi hormon melatonin, hal itu dikarenakan mata yang terpapar cahaya secara terus-menerus. Kemudian otak mengirim sinyal bahwa tubuh memerlukan istirahat, seperti tidur. Sehingga perlu diperhatikan bagaimana mengatur intensitas saat mata terjaga baik di siang maupun malam hari.

Penjelasan Hormon dengan Kondisi Hujan

Hormon serotonin berfungsi sebagai pengatur suasana hati manusia alias mood, salah satu penghasil hormon ini adalah sinar matahari. Saat hujan turun, cahaya matahari otomatis berkurang dan bahkan hilang. Hal ini berdampak pada penurunan serotonin yang menyebabkan perasaan lebih serta galau.

Tidak adanya cahaya matahari saat hujan membuat produksi hormon melatonin dalam tubuh menjadi meningkat. Hormon melatonin adalah hormon yang mengontrol siklus tidur manusia, hormon ini juga yang mengakibatkan seseorang merasa malas untuk bergerak alias mager dan juga membuat seseorang merasa mengantuk saat hujan turun.

Di saat suhu tubuh dingin, tubuh mengeluarkan energi panas secara alami atau disebut juga non shivering thermogenesis yang berfungsi membuat tubuh terhindar dari hipotermia. Semakin dingin, maka semakin banyak pula energi yang dikeluarkan untuk bertahan. Hormon ghrelin berperan sebagai hormon yang meningkatkan rasa lapar sebagai pengganti energi yang terbuang.

Seasonal Affective Disorder (SAD)

Seasonal Affective Disorder (SAD) merupakan istilah yang dipakai untuk menggambarkan keadaan episodik depresi yang muncul atau terjadi secara musiman dan berulang. Selain depresi, SAD juga mampu menggambarkan keluhan afektif lainnya, seperti mania atau hipomania. Kebanyakan kasus ini muncul pada bulan-bulan di mana paparan sinar matahari berkurang.

Seperti pada musim gugur dan musim dingin kemudian kembali membaik pada musim semi, selain itu keadaan ini juga dapat ditemukan saat musim panas. Meskipun paparan sinar matahari pada musim tersebut terbilang cukup, sementara penyebab kondisi ini belum bisa dipahami sepenuhnya, namun beberapa di antaranya karena faktor psikologi, genetik dan lingkungan.

Perubahan musim dapat menyebabkan kurangnya paparan sinar matahari, di mana pada malam hari menjadi lebih lama dan siang hari lebih pendek. Kondisi itu mempengaruhi ritme sirkadian manusia yang kemudian berpengaruh terhadap SAD. Kemudian penyimpangan sirkadian ini dapat memengaruhi produksi hormon adalah melatonin dalam tubuh.

Variasi genetik diperkirakan juga menjadi salah satu faktor kontribusi terhadap kemunculan SAD. Perbedaan sempat ditemukan antara genetik penderita SAD dan yang tidak, selain itu konsumsi Vitamin D juga berpengaruh pada neurotransmitter serotonin yang berpengaruh terhadap mood manusia.

Demikian penjelasan mengenai hormon serotonin yang membuat seseorang merasa lapar dan mengantuk saat hujan turun. Di Sampoerna Academy, pembelajaran tentang sains juga merupakan bagian dari kurikulum yang diajarkan. dikenal dengan istilah STEAM.

STEAM adalah pendekatan pendidikan untuk pembelajaran yang menggunakan Sains, Teknologi, Teknik, Seni dan Matematika sebagai titik akses untuk membimbing penyelidikan siswa, dialog, dan pemikiran kritis. Hasil akhirnya adalah siswa yang berani mengambil risiko, terlibat dalam pembelajaran berdasarkan pengalaman, bertahan dalam pemecahan masalah, merangkul kolaborasi, dan bekerja melalui proses kreatif. Inilah para inovator, pendidik, pemimpin, dan pembelajar abad ke-21.

Dapatkan info lebih lanjut seputar STEAM Learning di Sampoerna Academy dengan klik di sini.

Referensi