April 27, 2022

Teori Heliosentris: Pengertian, Sejarah, dan Perbedaannya

teori heliosentris adalah

Ilmu mengenai alam semesta atau astronomi menjadi ilmu yang terus dipelajari dari masa ke masa. Salah satu ilmu yang cukup umum dalam astronomi adalah teori heliosentris. Teori ini secara umum menjelaskan mengenai fenomena yang terjadi di dalam tata surya.

Yuk simak penjelasan selengkapnya mengenai heliosentris dan siapa tokoh pencetus teori ini di sini.

Apa Itu Teori Heliosentris?

Teori Heliosentris adalah ilmu yang menyatakan bahwa matahari adalah pusat dari segala macam objek yang ada di tata surya, seperti planet-planet. 

Heliosentris berasal dari susunan dua kata dari bahasa Yunani, yaitu helios atau matahari, dan sentris atau kentron yang artinya adalah pusat. 

Tokoh yang pertama kali mencetuskan teori ini adalah seorang ahli astronomi asal Polandia bernama Nicolaus Copernicus. Ia mengamati dan melihat bahwa pergerakan planet memang mengitari matahari bukan sebaliknya. Ia lantas mengemukakan teori bahwa planet-planet dan bintang bergerak mengitari suatu alur yang berbentuk seperti bola di sekitar matahari. 

Teori ini kemudian menjawab sekaligus membantah mengenai teori geosentris yang telah lama dianut oleh orang-orang pada masa itu oleh karena ciri heliosentris itu.

Sebenarnya, penjelasan mengenai rotasi planet terhadap matahari mengitari matahari sudah dipaparkan tak hanya oleh Copernicus, tetapi sebelumnya filsuf asal Yunani yang bernama Aristarchus juga mengungkapkan hal yang sama. Namun, ketika itu Aristarchus hanya memaparkan teori tersebut lewat hipotesisnya, belum dijelaskan secara detail. Ditambah lagi, ketika itu pernyataannya bertentangan dengan pendapat Aristoteles sehingga teori mengenai heliosentris menurut Aristarchus tidak valid. 

Setelah itu, barulah Copernicus menjelaskan mengenai teori ini untuk menjawab pertanyaan yang belum terjawab pada teori geosentris. 

Copernicus menjelaskan mengenai teori ini melalui karyanya yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium yang menyatakan tentang revolusi bulatan pada benda langit. Penjelasan dari Copernicus ini kemudian sangat berpengaruh pada ilmu astronomi di masa selanjutnya karena munculnya persepsi baru mengenai tata surya. . 

Pendapat dari teori ini makin kuat setelah ditemukannya teleskop Galileo Galilei dan juga dikembangkan oleh ilmuwan John Kepler. 

Kendati demikian, teori heliosentris yang dimiliki oleh Copernicus memiliki sedikit kelemahan dimana adanya fakta bahwa bintang tidak mengitari matahari dan lintasan dari planet tidak berbentuk lingkaran sempurna. 

Baca juga: Ketahui Ciri-Ciri dan Fakta dari Planet Mars Si Planet Merah

Sejarah Teori Heliosentris

Teori Heliosentris disebut sudah dibicarakan sejak abad 7 SM. Kemudian Pada abad ke-3 SM, ilmuwan Aristarchus sudah menyusun teori tentang rotasi bumi dan juga revolusi yang terjadi pada beberapa planet, termasuk bumi. Kemudian, hipotesis itu akhirnya disempurnakan oleh Nicolaus Copernicus pada tahun 1543 lewat teori heliosentris. Teori itu diungkap dalam karyanya yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium. 

Namun, teori ini justru sempat mendapatkan kecaman dan perdebatan dari berbagai pihak pada awal-awal kemunculannya. 

Salah satu ancaman datang dari kaum Lutheran. Mereka menyebut bahwa karya De Revolutionibus Orbium Coelestium tidak masuk akal. Mereka bahkan memasukan karya dari Copernicus ke dalam daftar buku terlarang. Pemblokiran buku karya Copernicus itu baru dicabut pada tahun 1828. 

Sejak saat itu, teori heliosentris mulai diakui dan didukung ilmuwan lainnya. Para ilmuwan lainnya mulai membenarkan argumen dari Copernicus setelah melakukan pengamatannya sendiri. 

Beberapa ilmuwan besar seperti Isaac Newton, Galileo Galilei, sampai John Kepler menjadi ilmuwan yang mendalami teori heliosentris yang dipaparkan oleh Copernicus. Bahkan, Copernicus sampai mendapatkan julukan sebagai Bapak Astronomi Modern. 

Teori heliosentris dari Copernicus bahkan disebut mampu membantah konsep yang dijelaskan oleh agama. 

Argumen teori heliosentris dari Copernicus semakin kuat setelah adanya temuan dari teleskop Galileo Galilei. Tak hanya itu, heliosentris terus dipercaya setelah dibuktikan oleh John Kepler. 

Salah satu temuan dari pengamatan John Kepler adalah ternyata suatu planet memiliki lintasan berbentuk seperti elips atau lingkaran lonjong yang mengitari matahari. 

Biografi Nicolaus Copernicus

Nicolaus copernicus illustration from polish money

Nicolaus Copernicus lahir di Torun, Polandia, pada tanggal 19 Februari 1473. Copernicus sendiri lahir berasal dari keluarga saudagar kaya. 

Copernicus memulai pendidikan menengahnya dari Polandia, kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Italia. Di Italia, ia mengambil empat jurusan sekaligus, yaitu astronomi, kedokteran, hukum sampai matematika.

Ia kemudian sempat kembali ke kampung halamannya di Polandia untuk merawat pamannya yang sakit pada tahun 1506.

Sejak menyelesaikan pendidikannya, Copernicus terus berkontribusi pada perkembangan ilmu astronomi. Copernicus kemudian bisa menerapkan hitungan matematika untuk mengetahui posisi planet-planet di tata surya serta mampu memprediksi durasi waktu dari fenomena di tata surya dengan rumus tertentu.

Barulah pada 1513, Copernicus sedikit menyinggung mengenai teori heliosentris. Ia sedikit menyinggung terkait pusat alam semesta adalah matahari. Pernyataan itu dicantumkan di dalam karyanya yang berjudul Commentarius

Setelah Commentarius dipublikasikan, Copernicus kemudian terus melakukan penelitian panjang hingga pada akhirnya menyempurnakan teori heliosentris. Dari penelitiannya itu ia menemukan fakta-fakta terkait dengan kondisi alam semesta. 

Dari hasil pengamatannya, Copernicus mampu menjelaskan aktivitas-aktivitas yang ada di tata surya seperti merumuskan kecepatan putar dari tiap planet yang bisa berpengaruh pada kondisi dan posisinya di tata surya. 

Namun demikian, neberapa pihak justru menentang keras teori yang dipaparkannya.Sampai-sampai Copernicus terancam mendapat hukuman berat akibat pemaparannya tersebut. karena pemaparannya menyalahi ajaran terkait dengan teori geosentris yang sudah diajarkan selama ratusan tahun. Hal itu sempat membuat Copernicus merasa bimbang,

Kendati demikian, ia tetap fokus untuk terus menyempurnakan teori heliosentris miliknya karena ia yakin penelitiannya itu akan sangat berpengaruh pada perkembangan ilmu astronomi. 

Hingga pada akhirnya, pada tahun 1543, Copernicus mempublikasikan hasil penelitiannya mengenai teori heliosentris kepada publik. Namun, akhirnya teori heliosentris dinyatakan hanya teori biasa oleh petinggi dari kaum Lutheran. 

Teori itu lantas terus dikembangkan oleh ilmuwan-ilmuwan lainnya, hingga pada akhirnya terus mendapatkan dukungan dan pembuktian dari ilmuwan lain. 

Copernicus sendiri meninggal dunia pada tahun 1543 pada usia 70 tahun di Frombork, Polandia.

Prinsip Dasar Teori Heliosentris

Teori ini memiliki prinsip umum yang menjelaskan mengenai fenomena yang terjadi di tata surya. Prinsip-prinsip itu antara lain: 

  1. Benda di langit tidak mengitari satu titik. 
  2. Semua planet termasuk bumi berotasi mengitari matahari.
  3. Pusat bumi adalah orbit bulan yang mengitari bumi. 
  4. Jarak Bumi dengan Matahari hanya sebagian kecil dari jarak ke bintang sehingga tidak ada jarak semu yang diamati dari bintang.
  5. Bumi mengelilingi matahari hingga menyebabkan terjadinya migrasi tahunan matahari. Sehingga gerakan bumi lebih dari satu.
  6. Gerak orbit dari Bumi ketika mengitari Matahari akan menyebabkan kemunduran secara searah pada pergerakan planet. 

Perbedaan Teori Heliosentris dengan Geosentris

Seperti yang telah dijelaskan bahwa teori heliosentris pada dasarnya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab pada teori geosentris. Dengan kata lain, kedua teori ini memiliki perbedaan meskipun sama-sama membicarakan mengenai tata surya. 

Perbedaan jelas kedua teori ini terletak pada konsep utamanya mengenai pusat dari tata surya. Seperti diketahui, pada teori geosentris menyatakan bahwa pusat dari tata surya adalah bumi. Sementara, pada teori heliosentris menyatakan secara jelas bahwa pusat dari tata surya adalah matahari. 

Namun demikian, pada perkembangannya teori geosentris tidak mampu menjelaskan mengenai gerak matahari dan bulan yang berputar mengelilingi bumi. 

Teori Geosentris sendiri pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles pada abad ke-3 SM dan Phytagoras pada abad ke-5 SM. Keduanya sepakat bahwa objek-objek di tata surya mengitari bumi. 

Kemudian geosentris dikembangkan lagi oleh Claudius Ptolomeus. Teori geosentris ini kemudian dijadikan ajaran pada gereja selama ratusan tahun. Hingga pada akhirnya, Copernicus muncul dengan teori yang lebih relevan untuk menjelaskan tata surya melalui teori heliosentris.

Demikianlah pembahasan mengenai teori heliosentris yang dipaparkan oleh Nicolaus Copernicus. 

Materi seperti teori heliosentris ini akan lebih mudah dipahami dengan menggunakan metode pembelajaran yang berbeda, seperti dengan menggunakan peralatan laboratorium yang memadai serta sumber daya digital terbaik. 

Sampoerna Academy menjadi tempat yang tepat bagi para siswa untuk mendapatkan metode pembelajaran yang berbeda dibanding sekolah lainnya untuk bisa melakukan riset dan mengakses informasi maupun ilmu pengetahuan. 

Selain bisa memahami lebih jelas, sumber daya digital terbaik ini juga membuat siswa Sampoerna Academy bisa belajar dengan lebih nyaman baik di dalam maupun di luar kelas.

Referensi
Kompas.com – Heliosentrisme