Dalam mengamati fenomena alam di dunia dan khususnya di Indonesia, La Nina menjadi salah satu hal yang harus jadi perhatian utama. Hal ini karena badai La Nina jadi salah satu penyebab perubahan iklim dan cuaca di Indonesia.
Pembahasan fenomena ini juga tak akan lepas dari pembahasan El Nino, fenomena alam yang juga dikatakan sebagai kebalikan dari La Nina. Jadi sebenarnya, apa itu La Nina dan apa dampak La Nina khususnya di Indonesia? Simak semuanya dalam penjelasan berikut ini!
Pengertian dan Penyebab La Nina
Fenomena La Nina adalah sebuah fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin dan membuat curah hujan yang lebih tinggi di Indonesia. La Nina adalah salah satu faktor penyebab musim hujan terjadi di Indonesia, selain juga angin muson.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), fenomena ini membuat Suhu Muka Laut (SML) di kawasan Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normal.
Selama fenomena badai La Nina terjadi, SML di sepanjang timur dan tengah Samudera Pasifik yang dekat atau berada di garis khatulistiwa mengalami penurunan sebanyak 3° hingga 5° C dari suhu normal selama lima bulan lamanya.
Pendinginan ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di kawasan Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia. Saat fenomena ini terjadi, angin pasat (trade winds) berhembus lebih kuat dibanding biasanya di sepanjang Samudera Pasifik dari Amerika Selatan menuju ke Indonesia. Hal ini mengakibatkan massa air hangat terbawa ke arah Pasifik Barat.
Dikarenakan massa air hangat kemudian berpindah tempat, air yang lebih dingin di bawah laut Pasifik naik ke permukaan untuk mengganti massa air hangat yang berpindah tersebut.
Fenomena ini disebut upwelling yang membuat SML turun. Kondisi tersebut akan meningkatkan curah hujan di Indonesia, membuat musim hujan terjadi lebih lama. Fenomena ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, seperti banjir, angin kencang, banjir bandang, tanah longsor, hingga puting beliung di Indonesia.
La Nina adalah pola cuaca yang rumit dan kompleks yang terjadi tiap beberapa tahun sekali, akibat dari variasi SML di kawasan Samudera Pasifik yang dekat atau berada di garis khatulistiwa. Sudah ratusan tahun fenomena ini terjadi, dengan terjadi secara teratur pada awal abad ke-17 dan 19.
Sejak awal abad ke-20, fenomena ini sudah berlangsung beberapa kali yaitu pada tahun 1903-1904, 1906-07, 1909-1911, 1916-18, 1924-25, 1928-30, 1938-39, 1942-43, 1949–51, 1954–57, 1964-65, 1970–72, 1973–76, 1983–85, 1988–89, 1994–95, 1998–2001, 2005–06, 2007–08, 2008–09, 2010–12, 2016, 2017–18, serta 2020–22.
La Nina berasal dari Bahasa Spanyol yang berarti “gadis kecil”, “anak perempuan”, atau “putri”. La Nina adalah fenomena yang berkebalikan dengan El Nino yang berarti “bocah laki-laki”, ini sebabnya dulu fenomena ini juga kerap disebut sebagai anti-El Nina dan juga El Viejo yang berarti “si tua”.
Pengertian fenomena ini memang tak bisa dipisahkan dari fenomena El Nino. Lalu apa perbedaan keduanya?
Baca juga: Biosfer adalah Bagian Penting Kehidupan: Arti dan Fungsi
Perbedaan El Nino dan La Nina
El Nino dan La Nina punya sifat yang berkebalikan. Jika La Nina membuat SML turun, maka pada fenomena El Nino, SML berada di atas kondisi normalnya di kawasan Samudera Pasifik bagian tengah.
Menurut BMKG, pemanasan SML saat El Nino ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di kawasan Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Artinya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia.
Kehadiran La Nina dan El Nino punya arti besar dalam kelangsungan musim di Indonesia, bisa jadi musim panas dan hujan terjadi lebih lama atau lebih singkat.
Dampak La Nina
Fenomena ini berdampak pada iklim global dan mengganggu pola cuaca normal di berbagai wilayah, yang bisa membuat badai di satu tempat dan membuat kekeringan di tempat yang lain. Dampak yang diberikan fenomena ini tergantung terhadap musim apa yang sedang dialami oleh wilayah tersebut, dengan berbagai dampak berbeda terjadi di setiap wilayah di dunia.
Di Afrika misalnya, fenomena ini membuat daerah Afrika bagian selatan menjadi lebih basah dari biasanya pada bulan Desember sampai Februari, sedangkan Afrika bagian tengah ke Timur justru mengalami fenomena alam lebih kering dari biasanya. Bahkan, kekeringan yang terjadi di Afrika bagian tengah ke Timur pada 2011 lalu membuat 50.000 sampai 100.000 orang meninggal dunia.
Di Amerika Selatan, fenomena ini membuat wilayah pesisir Peru dan Chile menjadi kekeringan, sedangkan wilayah Brasil bagian utara memiliki curah hujan lebih tinggi. Amerika Utara juga mendapat imbas dari fenomena ini, di bagian utara seperti Kanada akan membuat musim dingin jadi lebih dingin dan lebih banyak salju. Sedangkan bagian Selatan seperti Amerika Serikat bagian Selatan akan mengalami kondisi lebih kering dari biasanya.
Di Australia dan Asia khususnya Malaysia, Filipina, dan Indonesia, fenomena ini membuat curah hujan menjadi lebih tinggi dan musim hujan berlangsung lebih lama dari biasanya.
Dampak La Nina di Indonesia
Dampak paling nyata dari fenomena La Nina di wilayah Indonesia adalah peningkatan curah hujan di wilayah tengah dan timur Indonesia, ini merupakan akibat dari menghangatnya SML di wilayah perairan Indonesia.
Fenomena ini juga dapat menyebabkan musim hujan yang lebih panjang atau tidak terjadi musim kemarau di wilayah Indonesia, selain itu juga adanya peningkatan curah hujan yang signifikan pada saat musim hujan berlangsung, sehingga bencana hidrometeorologi rawan terjadi di berbagai wilayah Indonesia.
Seberapa besar dampak yang terjadi di Indonesia bergantung pada derajat fenomena ini saat itu, apakah lemah, sedang, atau berat.
Jika terjadi kondisi fenomena ini yang berat, bisa memicu berbagai bencana hidrometeorologi, seperti banjir, angin kencang, banjir bandang, tanah longsor, hingga puting beliung di Indonesia. Fenomena ini mungkin tidak terjadi di semua bagian di Indonesia. Biasanya kejadian ini hanya akan berdampak pada beberapa wilayah, khususnya wilayah Indonesia bagian Timur.
La Nina kadang menyebabkan terjadinya peningkatan curah hujan bulanan di Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur, hingga Papua, dengan akumulasi curah hujan bulanan dapat meningkat hingga 70 persen.
Demikian penjelasan lengkap tentang fenomena ini, penyebabnya, dan dampak La Nina di Indonesia. Di Sampoerna Academy, siswanya diajarkan untuk lebih memahami isu-isu dan masalah yang terjadi di dunia, salah satunya ialah fenomena La Nina ini. Dengan metode belajar yang diterapkan dapat memotivasi eksplorasi, kolaborasi, kreativitas, serta penerapan pengetahuan dan keterampilan.
Selain itu, Siswa belajar tentang tanggung jawab pribadi dan pengembangan keterampilan interpersonal. Guru Sampoerna Academy juga akan memfasilitasi pembelajaran melalui kerja kelompok dan skenario pembelajaran kehidupan nyata.
Untuk informasi lebih lanjut terkait pendaftaran, kurikulum, kunjungan, dan informasi seputar Sampoerna Academy silakan mengisi data di bawah ini.
[formidable id=7]
Referensi