Oktober 23, 2022

Sejarah Kapak Batu, Kegunaan, dan Bahan Pembuatan

kapak batu

Penggunaan kapak batu sudah ada sejak zaman prasejarah atau lebih tepatnya zaman batu, di mana saat itu alat yang juga disebut kapak genggam ini merupakan alat pendukung dalam aktivitas kehidupan sehari-hari manusia pada saat itu. Di mana pada saat itu zaman batu terbagi menjadi empat periode, yakni zaman batu tua, batu tengah, batu baru dan batu besar.

Alat ini juga merupakan salah satu peninggalan dari zaman batu, karenanya banyak dari masyarakat yang sudah tidak asing dengan penggunaan alat ini. Merupakan sebuah kapak yang dibuat dari batu, meskipun tangkai sebagai alat genggamannya tidak menggunakan batu melainkan memanfaatkan kayu sebagai bagian yang mudah dipegang ketika memakainya.

Untuk mengetahui seperti apa dan bagaimana cara membuat kapak batu, salah satu siswa grade 9 Sampoerna Academy Medan, Winnie Chow, menjalankan proyek history of axe. Yuk simak bagaimana proyek ini berjalan dan apa itu kapak batu di sini.

Asal Usul Kapak Batu

kapak batu

Fakta prasejarah menyebutkan jika sejarah kapak batu telah ada sejak zaman paleolitikum (zaman batu tua) dan neolitikum (zaman batu baru). Jenis kapak yang berada pada zaman batu tua di antaranya kapak genggam dan kapak perimbas. Sementara pada zaman batu baru, jenis kapak batu yang digunakan adalah kapak persegi, kapak lonjong dan kapak bahu.

Untuk Indonesia khususnya di daerah Papua, kapak batu di Papua berupa kapak lonjong telah ditemukan sebagai salah satu alat peninggalan zaman prasejarah. Kebanyakan kapak lonjong dibuat dari batu kali dengan warna yang terlihat kehitaman, namun bentuk keseluruhan ciri-ciri kapak batu ini adalah bulat telur dengan ujung yang lancip sebagai tempat tangkainya.

Sementara ujung yang lain diasah hingga tajam, karena bentuk keseluruhan permukaan kapak lonjong ini sudah diasah dengan halus. Fungsi kapak batu jenis ini mirip seperti kapak persegi, asal usul penggunaan kapak batu terjadi karena ekspansi secara lambat kelompok penutur Austronesia dari Formosa ke Kepulauan Nusantara sekitar 4.000 tahun yang lalu.

Hal ini juga dikarenakan kebiasaan bercocok tanam dan gaya hidup berburu, serta kondisi untuk mengumpulkan makanan secara berangsur yang terkikis. Hingga kebiasaan berburu sama sekali tidak pernah hilang di era berikutnya, para petani masih berburu serta mengumpulkan makanan untuk bisa bertahan hidup.

Baca juga: Pengertian Gaya Dorong, Gaya Apung, Ukuran, dan Rumusnya

Alat Batu Adalah Teknologi Pertama Manusia

kapak batu

Sebagai budaya Paleolitik tentunya penggunaan alat batu sangat masif karena pembuatannya yang sederhana. Khusus di Indonesia salah satunya ditandai dengan temuan di Pacitan, tepatnya di Sungai Baksoka. Peralatan Paleolitik umumnya didapat lewat metode penyerpihan yang dipakai untuk membentuk tanaman pada kerakal sungai.

Ada pula yang melepaskan serpih berukuran besar dari sebuah batu inti, nyaris seluruhnya alat batu paleolitik berada di hamparan sungai, bercampur dengan sisa fauna Stegodon sp, Elephas namadicus, gigi-gigi Slmia hingga Hylobates. Kemudian ditemukannya kapak perimbas berupa alat serpih bilah, serpih besar dan kapak penetak.

Pemakaian alat serpih kemudian menjadi lebih dominan, khususnya pada berburu tingkat lanjut dalam prasejarah kepulauan Indo-Malaysia menggunakan istilah kapak perimbas, kapak genggam, serut dan semacamnya. Penamaan ini berdasarkan teknik sedikit intuitif, namun seiring berjalannya waktu hal ini tak terbukti dan justru menimbulkan keraguan.

Sementara itu alat-alat batu dari Ngebung, Ngandong dan Pacitan menjadi penanda budaya tertua di Jawa. Selain itu industri peralatan ii juga dianggap sebagai milik homo erectus, meskipun alat-alat batu tersebut saat ditemukan tidak pernah bersamaan dengan ditemukannya fosil manusia. Namun dapat ditegaskan jika kapak batu merupakan alat hasil teknologi pertama di dunia.

Awal Kedatangan Manusia ke Wilayah Indonesia

Homo erectus Jawa diakui sebagai pembuat alat, namun hal itu tidak menghindarkan mereka dari kepunahan. Karena hominid lain bisa lebih berkembang seperti Neandertal yang juga memiliki kemampuan dalam membuat alat batu. Juga dianggap sudah punah oleh para peneliti modern, situs penemuan alat batu sangat sedikit ditambah dengan kesenjangan dalam kronologi.

Budaya Preneolitik atau Mesolitik di Indonesia diawali dengan munculnya situs-situs di Jawa Timur dan Sulawesi. Budaya yang memungkinkan sudah ada sejak awal Holosen hingga kedatangan budaya Neolitik sekitar 4.000 tahun yang lalu. Indikasi yang memperlihatkan adalah alat tulang, juga alat serpih meskipun masih butuh penelitian lebih lanjut.

Alat batu kerakal dan alat serpih kemudian digantikan himpunan tembikar, sekaligus menandai masuknya budaya Neolitik. Kondisi ini ditemukan di Laut Sulawesi, Gua Agop Atas, Borneo Utara dan Ceruk Leang Tuwo Mane’e di Kepulauan Talaud. Saat itu ditemukan pecahan tembikar polis dan berpoles merah, diduga berasal dari bejana bundar berdinding tipis.

Selain itu adapula keberadaan gerabah, meskipun budaya Neolitik pada umumnya ditandai dengan beliung persegi. Kondisi yang ditemui di Sumatera Selatan tepatnya di Gua Harimau, di tempat yang sama ditemukan pula calon beliung dan gerabah. Di mana dua penemuan terakhir itu dikaitkan dengan kubur telentang.

Tradisi Neolitik selalu dikaitkan dengan Austronesia 4.000 tahun yang lalu dan keberadaan ras Mongoloid yang menggantikan Australomelanesid di Indonesia. Hingga berimbas pada teknologi logam yang awalnya dimulai dari pengenalan artefak dari tembaga, perunggu dan besi. Pengenalan teknologi baru lewat dagang ke Kepulauan Indo-Malaysia dari Vietnam, India dan China.

Kegunaan Kapak Batu

Alat Memotong

Fungsi kapak batu yang pertama adalah sebagai alat memotong, hal ini dapat dilihat dari penggunaan kapak genggam. Khususnya dalam mencari makanan dan berburu, proses pemotongan menggunakan kapak batu karena memang belum dikenal pisau saat itu.

Alat Menumbuk

Kapak batu juga digunakan untuk menumbuk dan menggerus, biasanya dipakai menumbuk biji-bijian sebagai bahan makanan saat itu. Kapak batu memiliki tekstur yang keras, sehingga memudahkan manusia purba saat itu menumbuk biji-bijian hingga halus.

Alat Multifungsi

Selain digunakan untuk memotong dan menumbuk, kapak batu berfungsi sebagai alat untuk sejumlah aktivitas sesuai kebutuhan lain. Termasuk untuk menggali, memalu, menusuk hingga aktivitas sehari-hari lainnya.

Bahan-bahan yang Dipakai dalam Membuat Kapak Batu

Proses pembuatan kapak batu cukup memakan waktu yang lama, bahan dasar yang digunakan berupa batu kerakal yang bisa ditemukan di sungai. Bahan dasar ini juga menggunakan batu kersikan yang didapat dari hasil penambangan. Selanjutnya proses pembuatan diawaliu dengan pengerjaan bentuk yang diinginkan.

Kemudian pemangkasan yang dilakukan dengan alat perkutor, dari bagian sisi ke arah bidang tengah kemudian berlanjut ke seluruh sisi. Hingga membentuk bekas-bekas pangkasan secara sejajar, jika salah satu sisi sudah terpangkas maka sisi lain juga dipangkas dengan teknik yang sama. Sampai kemudian menciptakan suatu alat yang khas dengan bekas pangkasan.

Hasil project students SA –  G9 WINNIE CHOW – HISTORY OF AXE

kapak batu

Proyek history of axe dikerjakan oleh Winnie Chow, siswa Grade 9 Sampoerna Academy Medan, berdasarkan sejarah dan asal-usul dari kapak batu. Winnie ingin membuktikan pembuatan kapak dilakukan dengan mudah dan prosesnya pun tidak memakan waktu lama. Selain itu kapak hasil pembuatan ini juga bisa dimanfaatkan untuk aktivitas sehari-hari.

kapak batu

Sejumlah material yang dipergunakan seperti kayu sebagai tangkai, kemudian batu yang merupakan bahan dasar dan tali. Proses pengerjaan dimulai dari pelubangan ujung kayu yang akan dimasukkan batu, ukuran lubang disesuaikan dengan ukuran batu sehingga bisa masuk dengan mudah. Setelahnya tali yang digunakan dalam proses ini adalah rotan.

Batu kemudian dimasukkan ke dalam lubang kayu, setelahnya diikat dengan kayu rotan hingga kuat agar tidak mudah lepas dan jadilah kapak batu. Proyek Winnie Chow merupakan penerapan dari Project Based Learning (PBL) Sampoerna Academy. Sebuah pendekatan instruksional konstruktivis agar siswa terlibat dalam proses penyelesaian masalah sesuai dengan minat pribadi.

kapak batuPBL termasuk dalam sistem pembelajaran keahian STEAM (Science. Technology, Engineering, Arts and Math) yang diterapkan Sampoerna Academy. Keahlian STEAM sangat diperlukan dalam mempersiapkan alumni untuk karier di masa depan akan keperluan tenaga kerja nasional dan global dengan persyaratan keterampilan tinggi.

Dari tingkat dasar dan seterusnya, siswa akan diajak terlibat dalam menganalisis dan memecahkan masalah lewat perangkat teknologi serta strategi pembelajaran kolaboratif. Segera bergabung Sampoerna Academy, untuk informasi lebih lanjut mengenai sistem pembelajaran dan cara pendaftaran bisa dilihat lewat tautan yang tersedia di akhir artikel berikut.

Untuk informasi lebih lanjut terkait pendaftaran, kurikulum, kunjungan, dan informasi seputar Sampoerna Academy silakan mengisi data di bawah ini.

[formidable id=7]

Referensi

Wikipedia